OJK: Tingkat Pengaduan Konsumen dan Tingkat Kesadaran Masyarakat Meningkat
Mar 17 2015
Lampiran 1
|
Lampiran 2
|
Lampiran 3
|
Lampiran 4
|
Lampiran 5
|
Page Content
Otoritas Jasa Keuangan, Medan, 17 Maret 2015: Anggota
Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan Kusumaningtuti S. Soetiono
mengatakan jumlah pengaduan konsumen sektor keuangan melalui Layanan Keuangan Terintegrasi
OJK, tercatat meningkat hingga awal Maret 2015 dibanding periode yang sama tahun
lalu. Namun, hal tersebut bukan saja karena meningkatnya jumlah permasalahan antara
konsumen sektor keuangan dengan perusahaan, namun juga karena meningkatnya kesadaran
masyarakat untuk melaporkan kasus yang dialaminya kepada OJK. Membaiknya
tingkat kesejahteraan masyarakat juga bisa mendorong kenaikan jumlah laporan
tersebut.
Peningkatan
jumlah pengaduan masyarakat harus dilihat positif, bahwa itu menunjukkan bertambahnya
kesadaran masyarakat akan keberadaan OJK sehingga mereka mau melaporkan
masalahnya pada Layanan Keuangan Terintegrasi OJK, kata Kusumaningtuti di
sela-sela acara pelatihan Perlindungan Konsumen di Medan, Sumatra Utara, Selasa (17/3/2015).
Sepanjang 2014, total
pengaduan konsumen yang masuk di Layanan Konsumen Terintegrasi OJK mencapai
2.197 pengaduan. Sementara untuk tahun ini hingga 11 Maret 2015, tercatat
sebanyak 308 pengaduan.
Untuk daerah terbanyak yang melaporkan pengaduan
pada 2014, posisi pertama ditempati DKI Jakarta dengan 847 pengaduan, Jawa
Barat 430, Jawa Timur 418, Jawa Tengah 306, dan Sumut 194
pengaduan.
Untuk
sektor yang tertinggi dilaporkan adalah masalah perbankan, lalu asuransi,
lembaga pembiayaan, dan pasar modal. Persoalan perbankan kebanyakan menyangkut
lelang agunan, restrukturisasi kredit, dan alat pembayaran menggunakan kartu.
Untuk masalah asuransi biasanya paling banyak klaim polis, sementara kasus lembaga pembiayaan banyak diadukan mengenai
penarikan jaminan yang difidusiakan perlakuan debth colelector, sementara di pasar
modal pengaduan terbanyak datang dari masalah produk Medium Term Notes.
Kepala Kantor Regional V OJK Achmad Soekro Tratmono menambahkan, khusus
di Sumut dari jumlah 194 laporan terdiri dari 100 masalah perbankan, 66 masalah
asuransi, dan sisanya persoalan pembiayaan.
Kusumaningtuti mengatakan tingkat penyelesaian
dari pengaduan itu, sampai saat ini mencapai 67 persen karena banyak dari
pengaduan tersebut ternyata sudah ditangani oleh kepolisian pun pengadilan.
Ia
menjelaskan, penanganan pengaduan konsumen oleh OJK diusahakan diselesaikan antara
konsumen dan perusahaan terkait agar kasusnya bisa ditangani dengan mudah dan
murah. Jika kedua belah pihak tidak bisa menemukan titik temu yang saling
menguntungkan, OJK akan membantu memediasi melalui Lembaga Alternatif
Penyelesaian Sengketa (LAPS) yang sudah ada.
Untuk itu, OJK mengharapkan agar
semua pelaku jasa keuangan dapat memahami berbagai ketentuan dan proses dalam
penanganan konsumen agar permasalahan yang muncul antara konsumen dan perusahaan
bisa ditangani dengan cepat, dan saling menguntungkan.
Workshop perlindungan konsumen seperti ini
penting untuk memberikan pembekalan dan kiat-kiat melayani konsumen yang baik, serta bagaimana menangani dispute
konsumen dengan perusahaan. OJK berharap hal ini bisa diselesaikan di
masing-masing perusahaan itu sendiri, katanya.
Menurutnya,
edukasi dan perlindungan konsumen keuangan yang
baik akan sangat menguntungkan perkembangan industri keuangan, karena
masyarakat akan semakin paham dan percaya terhadap produk dan layanan sektor
keuangan.
OJK Mengajar
Selain
pelatihan Perlindungan Konsumen
Sektor Jasa Keuangan, OJK juga menggelar kegiatan Regulator Mengajar yang
diselenggarakan di Sekolah Menengah Pertama Harapan 1 Medan. Kusumaningtuti berkesempatan memberikan
pelajaran mengenai keuangan kepada ratusan anak kelas 2 SMP Harapan 1 Medan. Turut hadir Deputi Komisioner Perbankan IV OJK Heru Kristiyana,
didampingi Kepala Sekolah SMP Harapan 1 Medan, Ojak Manurung, dan jajaran
petinggi OJK lainnya.
Kusumaningtuti mengatakan, OJK bersama Menteri Pendidikan
dan Kebudayaan Anies Baswedan telah meluncurkan buku Mengenal OJK dan Industri
Jasa Keuangan pada 23 Februari lalu di Jakarta, untuk mulai diajarkan ke
seluruh sekolah di Indonesia. Selain itu, OJK juga telah memberikan pelatihan
kepada para guru, baik SMP maupun SMA dalam mengajarkan mata pelajaran OJK dan
sektor keuangan ini.
Siapa yang punya tabungan? tanya
Kusumaningtuti saat berinteraksi dengan para murid.
Puluhan tangan mengacungkan
jari.
Wah banyak yah. Nah kalau punya
uang berlebih cobalah untuk mulai menabung dan merencanakan kebutuhan uang
kalian. Kalau yang belum punya tabungan, ayo mulai membuka tabungan, caranya
mudah kok, kata Kusumaningtuti.
Kepala
Sekolah SMP 1 Harapan Bangsa Ojak Manurung menyambut baik kehadiran OJK di
sekolahnya yang dirasa perlu mulai mengenalkan persoalan keuangan kepada anak-anak
sejak dini, untuk meningkatkan pemahaman mengenai sektor keuangan ke masyarakat.