Mahendra Siregar mengucapkan sumpah dan dilantik menjadi Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan di Mahkamah Agung pada tanggal 20 Juli 2022.
Mahendra menjabat Wakil Menteri Luar Negeri sejak 25 Oktober 2019 sampai 19 Juli 2022. Sebelumnya dia menjabat sebagai Duta Besar Republik Indonesia untuk Amerika Serikat (2019), Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (2013-2014), Wakil Menteri Keuangan (2011-2013), dan Wakil Menteri Perdagangan (2009-2011).
Selain mengemban tugas pada institusi pemerintah, Mahendra juga pernah memegang berbagai jabatan komisaris di korporasi dan organisasi internasional.
Mahendra memperoleh gelar Master of Economics dari Monash University, Melbourne pada tahun 1991 dan Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia di tahun 1986.
Lahir di Surabaya pada 9 April 1965, Mirza Adityaswara memiliki lebih dari 30 tahun pengalaman karier di industri keuangan dan pemerintahan. Pada 1992, Beliau berhasil meraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Indonesia. Lalu melanjutkan studinya dan meraih gelar Master of Applied Finance dari Macquarie University, Sydney, Australia pada tahun 1995.
Mirza Adityaswara mengawali karier sebagai Dealer di Bank Sumitomo Niaga pada tahun 1989. Beliau kemudian bekerja sebagai Head of Securities Trading & Research di Bahana Sekuritas dari 2002 hingga 2005.
Lalu Beliau melanjutkan karir profesionalnya di beberapa institusi jasa keuangan, antara lain Director, Head of Equity Research & Bank Analysis di Credit Suisse Securities Indonesia pada 2005-2008, Managing Director, Head of Capital Market, Mandiri Sekuritas sekaligus sebagai Kepala Ekonom Bank Mandiri Group selama kurun waktu 2008–2010, dan Anggota Dewan Komisioner dan Kepala Eksekutif Dewan Komisioner di Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) pada 2010-2013.
Kemudian, Beliau resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia sejak 2013 hingga 2019.
Saat menjabat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Beliau juga tidak asing dengan tugas dan fungsi Otoritas Jasa Keuangan. Selama 2015-2019, Beliau diberikan tugas tambahan sebagai anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (DK OJK) Ex-Officio dari Bank Indonesia.
Dalam kurun waktu itu, Beliau bertugas mengawasi implementasi sinergi kelembagaan antara BI dan OJK dalam konteks kebijakan makroprudensial Bank Indonesia yang berkorelasi dengan pengawasan serta pengaturan industri jasa keuangan.
Setelah selesai bertugas dari Bank Indonesia, Beliau menjabat selaku Tenaga Ahli Menteri Keuangan pada 2020-2022 dan Direktur Utama Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI) tahun 2020-2022.
Dian Ediana Rae lahir di Bandung, 4 April 1960. Ia lulusan Doktor Bidang Hukum Ekonomi Keuangan dari Universitas Indonesia dengan predikat cumlaude. Ia menamatkan pendidikan Master bidang Hukum Bisnis University of Chicago Law School. Dian juga sempat mengambil Law Course di Georgetown University, Washington DC, Amerika Serikat, dan Summer School for International Finance Law di Oxford University, Inggris.
Sejalan dengan keilmuan yang dimiliki, Dian pun banyak berkecimpung di bidang hukum ekonomi dan bisnis. Dian Ediana Rae memulai kariernya di bidang keuangan di Bank Indonesia. Dian menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia, tepatnya untuk penugasan di London pada tahun 2010- 2013, Kepala Perwakilan Bank Indonesia Wilayah VI yang kewenangannya meliputi daerah Jawa Barat dan Banten pada 2013-2014, serta sebagai Kepala Departemen Regional I Bank Indonesia Sumatera untuk masa jabatan 2014-2016. Sebelum akhirnya menjadi Wakil Kepala PPATK pada 2016-2020, dan kemudian diangkat menjadi Kepala PPATK periode 2020-2021.
Selain itu, Dian Ediana Rae juga pernah ditunjuk sebagai Vice Chair di Kelompok Kerja Pertukaran Informasi the Egmont Group. Dian juga terpilih sebagai Regional Representative the Egmont Group untuk kawasan Asia Pasifik, anggota the Egmont Group Committee, dan juga menjabat sebagai Co-Chair dalam Financial Intelligence Consultative Group (FICG) di kawasan Asia Tenggara, Australia, dan Selandia Baru pada tahun 2018-2021.
Inarno Djajadi kelahiran Yogyakarta, 31 Desember 1962. Menyandang gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1981. Beliau memulai karier di bidang pasar modal sejak tahun 1989.
Inarno menjabat sebagai Direktur Utama PT Bursa Efek Indonesia (BEI) melalui RUPS pada tanggal 29 Juni 2018. Sebelumnya Inarno menjabat sebagai Treasury Officer di PT Aspac Uppindo Sekuritas (1989-1991), Direktur PT Aspac Uppindo Sekuritas (1991-1997), Direktur PT Mitra Duta Sekuritas (1997-1999), Direktur PT Widari Sekuritas (1999), dan Direktur Utama PT Madani Sekuritas (2000-2003).
Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai Direktur Utama, Komisaris serta Komisaris Utama PT KPEI (2003-2009, 2010-2013, dan 2013-2016), Komisaris Utama PT Maybank Kim Eng Securities (2013-2014), Komisaris Utama PT CIMB Niaga Sekuritas (2014-2017), serta Komisaris BEI tahun 2017-2018.
Inarno juga memiliki pengalaman di berbagai organisasi sepanjang karirnya, termasuk sebagai anggota Ikatan Pialang Efek Indonesia (IPEI) (1992-1994), anggota Dewan Pengawas Profesi Pasar Modal Indonesia (2017-2020), dan saat ini menjabat sebagai Ketua Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia Jakarta Raya (ISEI Jaya) sejak 2020.
Lahir di Bogor, 21 Mei 1961, Ogi Prastomiyono memperoleh gelar sarjana Teknologi Industri Pertanian dari Institut Pertanian Bogor pada tahun 1984, dan Master of Business Administration dari University of Notre Dame, Amerika Serikat, pada tahun 1994.
Beliau sebelumnya menjabat sebagai Direktur Layanan Strategis PT Indonesia Asahan Aluminium (Persero) (2018-2021) dan Wakil Komisaris Utama PT Vale Indonesia Tbk (2020-2022).
Ogi memulai karir di Bank Ekspor Impor Indonesia atau Exim Bank pada 1986. Di sana, ia menduduki posisi sebagai Loan Officer di Divisi Kredit Perkebunan. Posisi terakhirnya di Exim Bank sebagai Kepala Divisi Penelitian dan Pengembangan.
Di tahun 1999, beliau bergabung dengan Bank Mandiri dan menduduki berbagai posisi yang berbeda di Bank Mandiri sebelum duduk di Direksi, yaitu Kepala Divisi Compliance (1999-2001), Deputy Chairman – IPO Working Team (2001-2003), Managing Director Bank Syariah Mandiri (2003-2005), Group Head Compliance (2005-2006), dan Group Head Internal Audit (2006-2008).
Dan setelahnya, beliau diangkat sebagai Direktur Compliance & Human Capital Bank Mandiri (2008-2014), sebagai Direktur Risk Management & Compliance (2014-2015), sebagai Direktur Technology & Operations (2015-2016), dan sebagai Direktur Operations tahun (2016-2018).
Friderica Widyasari Dewi meraih gelar Sarjana di bidang ekonomi di Universitas Gadjah Mada pada tahun 2001. Kemudian melanjutkan pendidikan di California State University, USA dan mendapatkan gelar Master of Business Administration di tahun 2004, serta meraih gelar Doktor di bidang studi Kepemimpinan dan Inovasi Kebijakan di Universitas Gadjah Mada di tahun 2019.
Friderica lahir di Cepu, 28 November 1975 telah menjalani lebih dari 10 tahun karir di Bursa Efek Indonesia (BEI) sejak 2005 hingga menjadi Direktur Pengembangan Pasar PT Bursa Efek Indonesia (2009-2015).
Kariernya berlanjut di self-regulatory organizations (SRO) lainnya, yakni PT Kustodian Sentral Efek Indonesia (KSEI) sebagai Direktur Keuangan pada 2015-2016. Selanjutnya menjabat sebagai Direktur Utama PT KSEI pada 2016-2019, sebelum akhirnya menjadi Direktur Utama BRI Danareksa Sekuritas tahun (2020-2022).
Friderica juga diketahui memiliki sertifikat Wakil Manajer Investasi (WMI) dan Wakil Penjamin Emisi Efek (WPEE) yang dikeluarkan oleh OJK pada 2019.
Lahir di Cirebon, 24 Februari 1969, Sophia Issabella Watimena menyandang gelar Sarjana Ekonomi Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Ia lalu menamatkan pendidikan Master of Business Administration di Leiden University, Belanda, serta Kuhne Logistic University, Jerman. Sophia juga telah memenuhi kualifikasi sebagai Chartered Accountant (CA) yang diakui oleh Ikatan Akuntan Indonesia (IAI).Sophia mengawali karirnya sebagai auditor eksternal di Ernst & Young (EY) hingga menjabat sebagai Senior Manager EY Transaction Advisory Services, serta pernah menjabat sebagai Manager Internal Audit di PT Semen Cibinong Tbk. Selama karirnya, Sophia pernah menjabat sebagai Head of Finance Resource Management Unit United Nations Development Program (UNDP). Setelah itu, Sophia dipercaya sebagai Vice President Advisory & Investment di PT Indonesia Infrastructure Finance, salah satu anak usaha PT Sarana Multi Infrastruktur dan berbagai lembaga multilateral.Sophia pernah bergabung di PT Pelabuhan Indonesia II (Persero) salah satunya sebagai Direktur Keuangan & Operasi PT Pelabuhan Indonesia Investama dan Direktur Keuangan & SDM PT Indonesia Kendaraan Terminal Tbk. Ia kemudian menjajaki karir di PT Indonesia Asahan Alumunium (Persero) sebagai Executive Director of Finance dan selanjutnya dipercaya sebagai Managing Director.
Agusman lahir di Padang pada tanggal 6 Agustus 1965. Menyelesaikan pendidikan Sarjana di bidang Akuntansi Universitas Andalas pada tahun 1989, dan mendapat gelar Master of Business Administration (MBA) di bidang Economics and Finance dari Curtin University of Technology pada tahun 1998. Selanjutnya, beliau meneruskan studi dan meraih gelar PhD di bidang Banking and Finance dari Australian National University (ANU) pada tahun 2006, dengan tesis berjudul "An Empirical Examination of Bank Risk Taking - Asian Evidence".
Agusman mengawali karier di Bank Indonesia pada tahun 1992 setelah menyelesaikan Pendidikan Calon Pemeriksa Bank (PCPB) Angkatan II sebagai peserta terbaik pertama. Sebelum di Bank Indonesia, beliau pernah menjadi staf audit di kantor akuntan, staf di lembaga manajemen dan dosen akuntansi di salah satu universitas negeri.
Sebagian besar karier Agusman adalah di bidang pengawasan, pemeriksaan, pengaturan dan penelitian perbankan. Paska krisis keuangan 1997/1998 beliau ditugaskan di Badan Penyehatan Perbankan Nasional (BPPN) sebagai bank oversight. Beliau termasuk yang mula-mula mendalami dan memperkenalkan stress test, macroprudential policy dan financial system surveillance. Beliau telah mengikuti berbagai forum tentang perbankan dan stabilitas sistem keuangan baik di dalam maupun luar negeri. Tulisan-tulisan beliau telah dipublikasikan dalam beberapa jurnal akademis antara lain Journal of Banking and Finance, Pacific-Basin Finance Journal, and Research in International Business and Finance.
Di Bank Indonesia, Agusman pernah menjabat sebagai Kepala Departemen Surveillance Sistem Keuangan (2016-2017), Kepala Departemen Komunikasi (2017-2019), Kepala Departemen Pengembangan Pasar Keuangan (2019), dan Kepala Departemen Audit Internal (2020-2023), serta pensiun dengan pangkat terakhir sebagai Asisten Gubernur. Selain itu, beliau juga pernah menjabat sebagai Ketua Dewan Pengawas Dana Pensiun Bank Indonesia - Iuran Pasti (Dapenbi - IP) sejak didirikan s.d awal Agustus 2023.
Pada tanggal 9 Agustus 2023 beliau resmi menjadi Anggota Dewan Komisioner OJK yang diangkat berdasarkan Keputusan Presiden RI No.67/P Tahun 2023 tanggal 26 Juli 2023.
Hasan Fawzi lahir di Purwakarta 27 April 1970. Meraih gelar Sarjana Teknik dari Institut Teknologi Bandung (ITB) pada 1993, dan gelar Master of Business Administration (MBA) dari Universitas LÍAE de Grenoble, Université Pierre Mendes, France. Kemudian mendapat gelar Magister Manajemen (MM) dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 2008.
Hasan Fawzi memulai karier di PT Kliring Depositori Efek Indonesia dengan posisi terakhir sebagai Kepala Departemen Pengembangan Sistem pada 1993-1997, kemudian bergabung dengan PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia (KPEI) sebagai Kepala Divisi Teknologi Informasi pada 1997-2008. Selanjutnya, Hasan Fawzi menjadi Direktur PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI) pada 2008-2012, Direktur Utama KPEI selama dua periode 2012-2015 dan 2015-2018, dan Direktur Pengembangan BEI pada 2018 - 2022.
Hasan sebelumnya juga menjabat sebagai Komisaris Utama PT PEFINDO Biro Kredit (2022–2023), Komisaris Utama dan Independen PT RHB Sekuritas Indonesia (2022–2023), dan Komisaris Independen PT Merdeka Battery Materials Tbk (2023).
Lahir di Surabaya 24 Februari 1965, Doni Primanto Joewono menempuh pendidikan Sarjana Ekonomi Studi Pembangunan di Universitas Sebelas Maret pada tahun 1988, lalu melanjutkan studi S2 Administrasi dan Pengembangan SDM di Universitas Indonesia (UI) tahun 2004.
Doni Primanto Joewono memulai karirnya pada tahun 1991 di Departemen Pengelolaan Moneter Bank Indonesia hingga tahun 2000. Kariernya berlanjut sebagai peneliti ekonomi di Departemen Pengelolaan Moneter (2000-2002).
Ia lantas menjabat Deputi Kepala Bagian Departemen Statistik Ekonomi dan Moneter (2002-2005), Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter Departemen Statisitik Ekonomi dan Moneter (2005), dan Kepala Bidang Ekonomi dan Moneter Kantor BI Semarang (2005). Kemudian Doni ditugaskan sebagai Peneliti Ekonomi Senior (Deputi Direktur) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia London (2005-2008).
Karirnya berlanjut dengan memimpin Kantor Perwakilan Bank Indonesia Solo (2012-2013), dilanjutkan di Provinsi DKI Jakarta (2015-2018) dan berikutnya di Provinsi Jawa Barat (2018-2019). Selama karirnya di daerah, bersama Kepala Daerah pernah mendapat penghargaan sebagai TPID terbaik saat di Solo (2012) dan DKI Jakarta (2017) dan banyak menginisiasi berbagai kegiatan untuk mendorong investasi daerah dan pemberdayaan ekonomi Pondok Pesantren.
Doni Primanto Joewono menjadi Kepala Departemen SDM Bank Indonesia tahun 2020 dan Deputi Gubernur Bank Indonesia berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 78/P Tahun 2020 tanggal 30 Juli 2020, dan mengucapkan sumpah jabatan pada tanggal 11 Agustus 2020.
Jejak karier Wimboh Santoso dimulai sebagai pengawas bank di Bank Indonesia, usai ia menamatkan pendidikan sarjana ekonomi dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta pada 1983. Wimboh melanjutkan studinya di University of Illinois dan meraih gelar master di bidang Business Administration di tahun 1993. Tak sampai di situ, ia juga berhasil membawa pulang gelar Ph.D di bidang Banking Finance dari Loughborough University pada 1999.
Pengabdian pria kelahiran Boyolali, Jawa Tengah 15 Maret 1957 terhadap dunia perbankan Tanah Air berlanjut dengan menjabat sebagai Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan di Bank Indonesia pada 2010 hingga 2012. Ia juga pernah mengemban tugas sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia di New York dan Direktur Eksekutif International Monetary Fund pada tahun 2013. Sejak 2015, Wimboh menduduki kursi Komisaris Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk, dan di tahun 2016 ia menjadi Direktur Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia.
Delegasi Bank Indonesia di pertemuan G20, Financial Stability Board dan The Bassel Comittee on Banking Supervision di tahun 2010, serta Co-Chair on Asean Banking Integration Framework tahun 2014 ini mengantongi sejumlah sertifikat dari Lembaga Sertifikasi Profesi Perbankan (LSPP). Di antaranya Kompetensi Manajemen Risiko Level 1 dan 2, Facing Global Challenges for Better Economic Growth in 2017, serta Managing Compliance Risk While Controlling Cost.
Hingga kini, Wimboh yang masih aktif sebagai pengajar di beberapa universitas ternama di Indonesia, baik untuk program Sarjana maupun Pasca Sarjana ini juga telah menorehkan sederet prestasi dan karya tulis yang layak diperhitungkan. Antara lain E¬ffective Financial System Stability Framework dan The Impact of Global liquidity on Financial Landscapes and risk in the ASEAN-5 Countries di tahun 2007, Risk Profile of Households and the Impact on Financial Stability di tahun 2009, dan masih banyak lainnya.
Pada 1985, Nurhaida berhasil meraih gelar Insinyur Bidang Kimia Tekstil dari Institut Teknologi Tekstil Bandung. Sepuluh tahun setelahnya, gelar Master of Business Administration yang diperoleh dari Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat, resmi berada di belakang namanya.
Wanita kelahiran Padang Panjang, 27 Juni 1959, ini mengawali karier di Kementrian Keuangan pada 1989 lalu. Sejumlah posisi ia duduki, seperti Staf Ahli Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal Kementerian Keuangan RI 2011, Ketua Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan periode 2011-2012, dan Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif Pengawas Pasar Modal Otoritas Jasa Keuangan masa jabatan 2012-2017.
Nurhaida memiliki keahlian yang diakui lembaga bertaraf internasional. Di antaranya Leadership Development Programme dari Center for Creative Leadership, Colorado Spring, USA tahun 2014 dan 2016 serta International Institute on the Inspection and Oversight of Market Intermediaries dari US Securities and Exchange Commission, Washington DC tahun 2010.
Sejumlah penghargaan pun berhasil ia raih, seperti 71 Indonesian Inspiring Women dari Obsession Media Group tahun 2016, Thomas Mural Medallion dari Indiana University tahun 2015, dan 99 Most Powerful Women dari Globe Asia tahun 2015. Selain itu, ia juga pernah menjadi pembicara di beberapa acara internasional macam Credit Suisse Securities di Hongkong, 7 April 2016, Deutsche Bank di Singapura, 21-22 Februari 2016, ASIFMA di Hongkong, 2-3 Desember 2015, Financial Times di Malaysia, 22 Oktober 2015, Citi Group di Hongkong, 8 September 2015, dan Asia Pacific Financial Forum di Hongkong, 27 Januari 2015.
Heru Kristiyana lahir di Salatiga, 5 September 1956. Ia lulus dari Fakultas Hukum Universitas Diponegoro tahun 1981. Pada tahun 2000, Heru meneruskan pendidikan S2-nya di Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi IPWI.
Heru pernah mengemban tugas sebagai Kepala Departemen Pengawasan Bank 3 di Bank Indonesia pada 2011 lalu. Berkat kepiawaiannya menjalankan amanat tersebut, ia pun dipercaya menempati posisi Deputi Komisioner Pengawas Perbankan 4 Otoritas Jasa Keuangan untuk masa jabatan 2013-2016.
Sejumlah sertifikat berhasil ia kantongi. Di antaranya Program Eksekutif Direksi Sertifikasi Manajemen Risiko dari Badan Sertifikasi Manajemen Risiko 2007, Sertifikasi Manajemen Risiko Level 1 dari Badan Sertifikasi Manajemen Risiko 2016, dan Sertifikasi Manajemen Risiko Level 2 dari Badan Sertifikasi Manajemen Risiko 2016.
Menyandang gelar Master Manajemen Keuangan, Universitas Pelita Harapan, pria kelahiran Jakarta, 21 Februari 1966 ini pernah memimpin PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia selama tiga tahun sebagai direktur utama sebelum ditunjuk sebagai Direktur Penilaian Perusahaan PT Bursa Efek Indonesia hingga 2015.
Semasa kariernya, Sarjana Pertanian Universitas Padjajaran 1990 ini pernah menuju Washington D.C., Amerika Serikat untuk acara The Development and Regulation of Securities Markets International Institute pada 2007 dan mampir ke Jepang untuk mengikuti Clearing and Settlement, Ministry of Finance Republik Indonesia, JICA Tokyo Stock Exchange pada 1997.
Tak hanya itu, Hoesen juga terlibat dalam Global Custody and Portofolio Administration, State Street KDEI pada 1996, Managing Change di PT Kliring Penjaminan Efek Indonesia pada 2005 dan turut serta dalam gelaran bertema Permasalahan Saham Transaksi Saham di Pasar Modal “Gadai Saham-saham Transaksi Repo Pinjam Meminjam Saham”, Badan Arbitrase Pasar Modal Indonesia pada 2007.
Sebelum menjadi Anggota Dewan Komisioner OJK, Hoesen memimpin PT Danareksa sebagai direktur selama dua tahun terakhir.
Riswinandi lahir di Jakarta, 12 September 1957. Peraih gelar Sarjana Ekonomi dari Universitas Trisakti pada 1984 ini mengawali kariernya sebagai Vice President HRG, PT Bank Niaga Tbk selama 12 tahun. Pada tahun 1999, ia bergabung dengan Badan Penyehatan Perbankan Nasional sebagai Senior Vice President-Loan Work Out Division Head.
Titian kariernya berlanjut di tahun 2001 ketika Riswinandi dipercaya menjadi Direktur PT Bank Danamon Indonesia. Tiga tahun berselang, ia menjadi Komisaris PT Asuransi Ekspor Indonesia (Persero). Rentang tahun 2010 hingga 2015, ia menduduki posisi sebagai Wakil Direktur Utama PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. Sejak tahun 2015, Riswinandi menjadi Direktur Utama PT Pegadaian (Persero) dan sebagai Komisaris pada PT PEFINDO Biro Kredit.
Sejumlah sertifikat pernah didapat oleh pria yang pernah menjabat Wakil Ketua Umum Perhimpunan Bank-bank Umum Nasional (PERBANAS) di tahun 2016 ini, di antaranya Enhancing The Power of Enterprise Risk Management in Creating a Sound Bank and Financial Risk Integration di tahun 2016, Key Risk management challenge in 2015, Getting ready for uncertainty in regulation and market environment, recipes to win competition tahun 2013, dan Optimizing Company Value through BCM & ERM tahun 2009 dari Banker Association for Risk Management.
Anggota badan pengawas Ikatan Bankir Indonesia (IBI) ini juga memperoleh sertifikat lain seperti Making Innovation Happen dari London Business School tahun 2014, Transaction Banking Seminar dari Deutsche Bank tahun 2013, Asia Pacific Risk Management Conference tahun 2011 dari Enterprise Risk Management Academy (ERMA), Global Strategic Management Program tahun 2011 dan Leading Change and Organizational Renewal Program tahun 2009 dari Harvard Business School, High Impact Leadership dari Columbia University Graduate School of Business tahun 2010, Achieving Strategy through Business Process Change dari Cranfield School of Management tahun 2008, Corporate Risk Management Refresher dari ABN Bank AMRO tahun 2008, serta Executive Risk Management Certification Programme dari Badan Sertifikasi Manajemen Risiko di tahun 2006.
Lahir di Banyuwangi tahun 1966, lulusan sarjana Universitas Airlangga 1988 ini mengawali karier sebagai Officer Development Program Bank Bali selama dua tahun sebelum menjadi Kepala Seksi PT Bank Private Develop Finance Company of Indonesia hingga tahun 1995.
Pada tahun 2000, Ahmad resmi menyandang gelar Master Business Administration-Finance, University of Illinois. Setelah mendapat gelar tersebut, peserta berpredikat terbaik 3 PKBI I 2002 ini ditugaskan di Grup Pengaturan, Perencanaan dan Pelaporan Keuangan Bank Indonesia serta dipercaya menjadi Anggota Dewan Pengawas Dana Pensiun Bank Indonesia (DAPENBI) pada 2014.
Di tahun yang sama, Ahmad juga membekali dirinya dengan serentet pengalaman seperti keterlibatan dalam The 6th SEACEN Intermediate Leadership Course: Leadership in Times of Uncertainty, The Seacen Center and BIS (Bank for International Settlements) pada 2012, Manajemen Umum Dana Pensiun (MUDP), Cost Accounting and Performace Measurement, Deutsche Bundesbank di Frankfurt, dan termasuk dalam Chartered Accountant, Ikatan Akuntan Indonesia pada 2014.
Sederet pengalaman tersebut dilengkapi dengan keterlibatannya menjadi Anggota Dewan Pengarah Komite Kebijakan Akuntansi Keuangan BI di tahun 2013, Pembina Yasporbi di tahun 2014 dan turut serta dalam Pelatihan Manajemen Pengawasan Dana Pensiun Angkatan XXV yang membuatnya kapabel sebagai Kepala Group Akuntansi Pajak di tahun 2016. Setahun menjabat, Ahmad lalu ditunjuk sebagai Direktur Departemen Keuangan, Bank Indonesia. Posisi terakhir Ahmad di Bank Indonesia adalah Direktur Eksekutif yang menjabat Staf Ahli Dewan Gubernur BI Bidang Keuangan
Memilih Jurusan Akuntansi, Universtas Diponegoro, Tirta Segara menguatkan pemahamannya tentang keuangan dengan merampungkan gelar Master Business-Finance and Investment, The George Washington University pada 1994. Setahun setelahnya, Tirta memulai kariernya sebagai Investment Banking, Ficorinvest Bank di Jakarta.
Pada 2001, ia dipercaya menjadi Advisor-SEA VG Office, International Monetary Fund sebelum berkiprah di Bank Indonesia. Mengabdikan diri hampir satu dekade, pria kelahiran Semarang, 6 Juli 1963 ini sempat menjabat sebagai Wakil Sekretariat Jenderal Ikatan Pegawai di bank sentral milik Indonesia itu.
Pada 2014, Lulusan Terbaik Sekolah Staf Pimpinan Bank Indonesia (SESPIBI) Angkatan XXIX ini diangkat sebagai Kepala Departemen Komunikasi, Bank Indonesia. Semasa menjabat, Tirta cukup produktif dalam memproduksi penelitian atau buku seperti ‘Memperkuat Kerangka Kebijakan Moneter’, dan ‘Jaga Stabilitas, Dukung Pemulihan Ekonomi’.
Semasa di Bank Indonesia, Tirta juga rajin memberi Diklat Lanjutan I (Pembekalan), Outdoor Mgt Development (2000) dan Diklat Lanjutan II, Outward Bound pada 2005.
Suahasil Nazara lahir di Jakarta, 23 November 1970. Menempuh pendidikan Sarjana di bidang Ekonomi Universitas Indonesia (UI). Kemudian, Suahasil melanjutkan pendidikan di Cornell University USA dan meraih gelar Master of Science (MSc.) Pada tahun 2003, Suahasil meraih gelar Doctor of Philosophy (PhD.) dari University of Illinois at Urbana-Champaign USA.
Mengawali karirnya sejak 1999 menjadi PNS sebagai dosen pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, pada tahun 2009 mendapatkan gelar Guru Besar (Profesor) di bidang Ilmu Ekonomi. Jabatan lain yang pernah didudukinya adalah Koordinator Pokja Kebijakan di Sekretariat Tim Nasional Percepatan Penanggulangan Kemiskinan (TNP2K) pada Kantor Wakil Presiden RI (2010-2015), serta menjadi Anggota Dewan Komite Ekonomi Nasional (KEN) pada 2013-2014. Sejak 31 Oktober 2016 Suahasil dilantik oleh Menteri Keuangan sebagai pejabat definitif Kepala Badan Kebijakan Fiskal, Kementerian Keuangan Republik Indonesia. Suahasil resmi menjabat sebagai Wakil Menteri Keuangan pada tanggal 25 Oktober 2019, dan dilantik sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK ex-officio dari Kementrian Keuangan oleh Ketua Mahkamah Agung pada tanggal 13 Januari 2020. Pelantikan dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 142/P Tahun 2019 tanggal 23 Desember 2019.
Dody Budi Waluyo lahir di Jakarta, 19 September 1961, menempuh pendidikan Sarjana di bidang Ilmu Ekonomi & Studi Pembangunan Universitas Indonesia (UI). Kemudian, Dody melanjutkan pendidikan di University of Colorado, AS dan meraih gelar Master of Business Administration (MBA).
Mengawali karirnya di Bank Indonesia sebagai Staf Departemen Sumber Daya Manusia pada tahun 1988. Posisi penting yang pernah dijabat oleh Dody yaitu Kepala Departemen Manajemen Strategis & Tata Kelola selama kurun waktu 2014-2016, Kepala Departemen Kebijakan Ekonomi & Moneter (2013-2014), Kepala Departemen Perencanaan Strategis & Hubungan Masyarakat (2012-2013), Direktur Direktorat Internasional (2012), Kepala Biro Direktorat Internasional (2010-2012). Dody resmi menjabat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia pada tanggal 18 April 2018 sesuai dengan keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 69/P Tahun 2018 tanggal 13 April 2018, dan dilantik sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK ex-officio dari Bank Indonesia oleh Ketua Mahkamah Agung pada tanggal 25 September 2019. Pelantikan dilakukan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI Nomor 82/P tahun 2019 tanggal 3 September 2019.
Muliaman Dharmansyah Hadad lahir di Bekasi, Jawa Barat, pada 3 April 1960. Lulusan sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia pada 1984 ini melanjutkan pendidikan S2-nya di John F. Kennedy School of Government, Harvard University, Massachusetts, Amerika Serikat, pada 1990, dan memperoleh gelar Master of Public Administration setahun kemudian. Pada 1996, Muliaman menyandang gelar PhD dalam bidang Business and Economics, dari Monash University, Melbourne, Australia.
Muliaman mengawali kariernya sebagai staf umum di Kantor Bank Indonesia di Mataram sejak 1986. Pada 2003 dia diangkat sebagai Kepala Biro Stabilitas Sistem Keuangan, dan dua tahun kemudian dia menjabat sebagai Direktur Direktorat Penelitian dan Pengaturan Perbankan. Muliaman Dharmansyah Hadad diangkat sebagai Deputi Gubernur Bank Indonesia sesuai Keputusan Presiden RI No.69/P Tanggal 22 Desember 2006 dan dilantik pada 11 Januari 2007.
Muliaman juga aktif sebagai ketua Masyarakat Ekonomi Syariah Indonesia dan menjadi pengajar di beberapa perguruan tinggi seperti menjadi dosen Pascasarjana Universitas Indonesia dan dosen Pascasarjana Universitas Trisakti, serta pernah menjabat Ketua Ikatan Alumni UI Fakultas Ekonomi periode 2007-2010.
Sosok Sekjen Pengurus Pusat ISEI (2003-2006 dan 2006-2009) ini dilantik kembali untuk masa jabatan kedua Deputi Gubernur BI sesuai Keputusan Presiden RI No.75/P Tanggal 21 Desember 2011 dan dilantik pada 29 Desember 2011. Pada 18 Juli 2012, Muliaman Dharmansyah Hadad ditetapkan sebagai Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Ketua Fokus Group Pengurus Pusat Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (PP-ISEI) ini dilantik pada 20 Juli 2012 oleh Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Penyandang gelar Sarjana Akuntansi dari Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta ini telah lama berkiprah di Kementerian Keuangan. Rahmat Waluyanto mengawali karier pada 1985 sebagai staf pada Direktorat Pembinaan Badan Usaha Milik Negara, Direktorat Jenderal Moneter Dalam Negeri, Departemen Keuangan.
Pada 2005, pria kelahiran Lampung, 3 Oktober 1956 itu diangkat sebagai Direktur Pengelolaan Surat Utang Negara, Direktorat Jenderal Perbendaharaan, Kementerian Keuangan dan setahun kemudian diangkat sebagai Direktur Jenderal Pengelolaan Utang, Kementerian Keuangan hingga Juli 2012. Rahmat Waluyanto yang juga lulusan MBA bidang Finance dari University of Denver, Colorado, Amerika Serikat pernah menjabat sebagai Alternate Governor IMF atau Gubernur Bank Indonesia yang menjadi Governor IMF di Washington, D.C., AS.
Pada 18 Juli 2012 silam, peraih gelar PhD dalam bidang Accounting dan Finance dari University of Birmingham, Inggris, ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan pada 20 Juli 2012 mengambil sumpahnya di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017. Dan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 72/P Tahun 2012, Rahmat Waluyanto diangkat sebagai Wakil Ketua Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan dan Ketua Komite Etik OJK merangkap anggota.
Penyandang gelar sarjana ekonomi dari Fakultas Ekonomi Universitas Parahyangan, Bandung, Jawa Barat dan gelar Master of Science in Management (MSM) di Arthur D Little Management Institute, Boston, Amerika Serikat, ini dilahirkan di Balige, Sumatra Utara, pada Januari 1954. Nelson Tampubolon mengawali kariernya di Kantor Pusat Bank Indonesia sebagai Staf Umum Pengawasan Bank selama setahun mulai 1982.
Pada 1983, dia menjalani tugas belajar di New York, AS, dan pada 1988 diangkat sebagai Kepala Seksi di Bidang Pengembangan Organisasi BI. Setelah menjalani promosi dan rotasi di beberapa direktorat, Nelson diangkat sebagai Direktur Penelitian dan Pengaturan Perbankan pada 2002. Sejak 2005 hingga 2008, dia menjabat sebagai Kepala Perwakilan Bank Indonesia Singapura dan selanjutnya sebagai Direktur Direktorat Internasional pada 2008 hingga Januari 2012.
Alumnus Lembaga Pertahanan Nasional Angkatan XIII (2005) ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 pada 18 Juli 2012. Nelson Tampubolon mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Perempuan kelahiran Padang Panjang, Sumatra Barat, pada 27 Juni 1959 ini meraih gelar Insinyur di Bidang Kimia Tekstil dari Institut Teknologi Tekstil Bandung, Jawa Barat. Dia juga menuntaskan pendidikan Master of Business Administration dari Indiana University, Bloomington, Amerika Serikat.
Nurhaida mengawali jenjang kariernya di pemerintahan setelah bergabung di Kementerian Keuangan pada 1989. Pada 2006, dia menjabat sebagai Kepala Biro Penilaian Keuangan Perusahaan Sektor Riil di Badan Pengawasan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK). Dia diangkat sebagai Staf Ahli Menteri Keuangan Bidang Kebijakan dan Regulasi Jasa Keuangan dan Pasar Modal dan Lembaga Keuangan dengan Keputusan Presiden Nomor 20/M Tahun 2011 Tanggal 21 Januari 2011.
Pada 18 Juli 2012 Nurhaida ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012. Dia dilantik dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Firdaus Djaelani mengawali karier pegawai negeri sipil sebagai staf Departemen Keuangan pada 1981. Pria kelahiran Daerah Khusus Ibu Kota Jakarta pada 17 Desember 1954 ini pernah menjabat sebagai anggota ataupun ketua tim pelaksana berbagai penelitian dan persiapan undang-undang seperti UU Asuransi, UU Dana Pensiun, UU Otoritas Jasa Keuangan (OJK), UU Lembaga Penjamin Simpanan (LPS), UU Anti-Pencucian Uang, dan masih banyak lagi.
Lulusan Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia jurusan Manajemen pada 1993 yang berpengalaman sebagai regulator maupun pelaku industri di sektor perbankan maupun sektor keuangan non-bank (khususnya asuransi) ini diangkat menjadi Direktur Direktorat Asuransi DJLK, Departemen Keuangan, tepatnya sejak 2000 hingga 2006. Dia pernah menjabat sebagai Direktur Penjaminan & Manajemen Risiko LPS sejak 2005 hingga 2008. Lulusan strata 2 jurusan Ekonomi di Ball State University, Indiana, Amerika Serikat, 1988, ini diangkat menjadi Anggota Dewan Komisioner merangkap Kepala Eksekutif LPS pada 2008, hingga April 2012.
Penyandang gelar doktor dari Universitas Gadah Mada sejak 2012 ini juga aktif sebagai Ketua Indonesia Senior Executive Association (ISEA), duduk dalam kepengurusan Ikatan Sarjana Ekonomi Indonesia (ISEI), dan Penasihat Masyarakat Ekonomi Syariah sejak 2009. Sebelumnya dia pernah menjadi anggota Dewan Pakar Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (2006-2011), Wakil Perhimpunan Masyarakat Madani (2002-2006), dan Pengurus Badan Musyawarah Betawi (1982-1990).
Firdaus Djaelani ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 pada 18 Juli 2012. Dia mengucapkan sumpah atas pelantikannya di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Sosok kelahiran Bandung, Jawa Barat, pada 12 Juli 1959 ini memulai karier sebagai dosen di Fakultas Ekonomi Universitas Padjajaran, Bandung, pada 1985. Ilya Avianti juga meraih gelar Sarjana Ekonomi dan Akuntan, Magister Sains Akuntansi, hingga Doktor Akuntansi di kampus yang sama.
Sejak 2002 Ilya Avianti tercatat aktif di Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) dan terakhir menjabat sebagai Ketua Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) Ikatan Akuntan Indonesia. Dia juga menjadi tenaga ahli Menteri Keuangan periode 2005-2006.
Pada 2007, Ilya menjadi tenaga ahli Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Dua tahun kemudian, posisinya beralih menjadi Pelaksana Tugas Auditor Utama Keuangan Negara VII pada Auditorat Utama Keuangan Negara VII BPK RI merangkap staf ahli. Setelah menjadi kandidat Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK), Guru Besar sekaligus dosen tetap Fakultas Ekonomi Unpad ini mundur dari jabatan yang telah didudukinya sejak 2010 tersebut.
Pada 18 Juli 2012, Ketua Dewan Konsultatif Dewan Standar Akuntansi Keuangan dan Anggota Kehormatan Institut Akuntan Publik Indonesia (IAPI) itu ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner OJK berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan disumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Kusumaningtuti Sandriharmy Soetiono mengawali kariernya sebagai staf di Bagian Pemeriksaan Kredit, Urusan Perencanaan Pengawasan Kredit Bank Indonesia sejak 1980. Perempuan kelahiran London, Inggris, pada 21 Juli 1954 ini meraih gelar sarjana hukum dari Universitas Indonesia pada 1979 dan gelar Legum Magister dari Washington College of Law, The American University, Amerika Serikat, pada 1984.
Pada 2001 penyandang gelar Doktor Ilmu Hukum dari Universitas Indonesia itu diangkat sebagai Deputi Direktur memimpin Direktorat Hukum Bank Indonesia dan pada 2003 diangkat sebagai Direktur Direktorat Luar Negeri Bank Indonesia. Kusumaningtuti pernah menjabat sebagai Direktur Pusat Pendidikan dan Studi Kebanksentralan Bank Indonesia pada 2006. Setahun kemudian dia didaulat sebagai Direktur Direktorat Sumber Daya Manusia BI. Dan pada 2010, Kusumaningtuti diberi amanat sebagai Kepala Kantor Perwakilan Bank Indonesia New York, AS, selama dua tahun.
Pada 18 Juli 2012 peraih gelar Master of Law International Law dan Legal Studies serta Phd di The American University, Washington D.C., AS, ini ditetapkan sebagai Anggota Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 67/P Tahun 2012 dan mengucapkan sumpah di hadapan Ketua Mahkamah Agung untuk masa jabatan 2012-2017.
Mardiasmo lahir di Solo, Jawa Tengah, 10 Mei 1958. Ia menyelesaikan pendidikan jurusan Akuntansi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Gadjah Mada pada 1981, magister pada University of Bridgeport, Connecticut, Amerika Serikat, pada 1989 dan Doktor School of Public Policy, University of Birmingham Inggris pada 1999.
Pada 10 Desember 2010, Mardiasmo terpilih menjadi Ketua Dewan Pengurus Nasional Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) periode 2010-2014 dalam Kongres XI IAI di Jakarta. Di sektor publik, Mardiasmo pernah menyampaikan keinginannya agar akuntan dapat mengawal Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara dari perencanaan hingga pelaporan, sehingga APBN benar- benar sampai ke tujuan, melalui pembangunan.
Kepala Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) itu pun pernah menjabat sebagai Direktur Jenderal Perimbangan Keuangan Kementerian Keuangan, di bawah kepemimpinan Menteri Keuangan Sri Mulyani pada 2010.
Pada 28 Jumi 2012, Menteri Negara BUMN Dahlan Iskan mengangkat Mardiasmo sebagai Komisaris Utama Jasa Rahaja berdasarkan Keputusan Pemegang Saham Perusahaan di Luar Rapat Umum Pemegang Saham, tentang Pengangkatan Anggota-Anggota Dewan Komisaris Perusahaan Perseroan.
Dan pada 27 Oktober 2014, Presiden Joko Widodo menunjuk Mardiasmo sebagai Wakil Menteri Keuangan saat pelantikan menteri Kabinet Kerja 2014-2019. Mardiasmo menggantikan Wakil Menteri Keuangan Bambang Brodjonegoro pada Kabinet Indonesia Bersatu II era pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono 2009-2014.
Mirza Adityaswara, lahir di Surabaya pada 1965. Gelar Sarjana Ekonomi diraih dari Universitas Indonesia, kemudian Mirza memperoleh gelar Master of Applied Finance dari Macquarie University, Sydney, Australia.
Beliau mengawali karir sebagai Dealer di Bank Sumitomo Niaga pada tahun 1989. Sejak tahun 2002 hingga Oktober 2005, Beliau menjabat sebagai Director, Head of Securities Trading & Research, Bahana Sekuritas, kemudian pada November ditahun yang sama beliau diminta menjadi Director, Head of Equity Research & Bank Analysis di Credit Suisse Securities Indonesia. Selama kurun waktu 2008 – 2010, Mirza bertugas sebagai Managing Director, Head of Capital Market, Mandiri Sekuritas, sekaligus sebagai Kepala Ekonom Bank Mandiri Group.
Sebelum diangkat sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia, Beliau menjabat sebagai Anggota Dewan Komisioner Lembaga Penjamin Simpanan (LPS) dan sejak April 2012 ditugaskan sebagai Kepala Eksekutif LPS sekaligus Dewan Komisioner. Selanjutnya, sesuai dengan Keputusan Presiden RI No.113/P Tahun 2013 tanggal 30 September 2013, diambil sumpahnya sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia pada tanggal 3 Oktober 2013 untuk periode 2013 - 2014.
Jabatan tersebut diperpanjang berdasarkan Keputusan Presiden Nomor 62/P Tahun 2014, Mirza Adityaswara ditetapkan sebagai Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia untuk masa jabatan selama 5 (lima) tahun.
Right Menu