Seminar Nasional "Sinergi Dalam Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan"
04 Oktober 2017
Jakarta, 4 Oktober 2017 Departemen Literasi dan Inklusi Keuangan (DLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK) akan menggelar Seminar Nasional dengan tema 'Sinergi dalam Meningkatkan Literasi dan Inklusi Keuangan' di Ruang Chandra Kebon Sirih, Komplek Perkantoran Bank Indonesia, Jakarta Pusat, Rabu (4/10). Seminar tersebut akan membahas tentang pedoman peningkatan literasi dan regulasi terkait inklusi keuangan, Sharing pengalaman mengenai peran Bank Indonesia dalam mendorong inklusi dan edukasi terkait keuangan digital, serta Realisasi industri jasa keuangan dalam rangka meningkatkan literasi dan iklusi keuangan masyarakat Indonesia dan rencana ke depannya. Hadir sebagai pembicara dari OJK antara lain Kepala Departemen Literasi dan Keuangan Sondang Martha Samosir, Plt. Direktur Penelitian Kebijakan dan Pengaturan EPK Rela Ginting, Direktur Literasi dan Edukasi Keuangan Horas V.M. Tarihoran, dan Direktur Pengembangan Inklusi Keuangan Eko Ariantoro. Selain itu, Direktur Grup Pengembangan Sistem Pembayaran Ritel dan Keuangan Inklusif Bank Indonesia Pungky P. Wibowo, serta perwakilan Bank Rakyat Indonesia Sony Harsono, perwakilan Bursa Efek Indonesia Nicky Hogan dan perwakilan BRI Life Ansar Arifin juga turut hadir dalam seminar ini. Otoritas Jasa Keuangan ( OJK) mendorong pelaku usaha jasa keuangan untuk aktif memberi pemahaman literasi keuangan serta menyediakan produk layanan keuangan sesuai kebutuhan masyarakat. Anggota Dewan Komisioner Bidang Edukasi dan Perlindungan Konsumen OJK Tirta Segara memandang, masih sedikit masyarakat yang memahami literasi keuangan. Menurut Tirta, dari sisi konsumen, hasil survei nasional literasi dan inklusi keuangan nasional di tahun 2016 menunjukkan bahwa terdapat 67,8 persen masyarakat yang telah menggunakan produk dan layanan keuangan. "Namun demikian hanya 29,7 persen masyarakat yang telah mampu atau paham literasi keuangan," kata Tirta, artinya, lanjut dia, banyak masyarakat yang telah memiliki akses keuangan. Namun tidak dibekali pemahaman keuangan yang memadai. Menurut dia, penigkatan pemahaman mengenai literasi keuangan dapat meningkatkan kebiasaan masyarakat untuk menabung dan berinvestasi. Pada akhirnya, hal tersebut dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat. "Selain itu, penggunaan produk dan layanan keuangan oleh masyarakat akan menjadi salah satu sumber dana untuk pembangunan dan memperkuat ketahanan sistem keuangan di Indonesia," kata Tirta. Pada kesempatan itu, Tirta juga menjelaskan mengenai kondisi keuangan terkini. Tercatat, aset perbankan hingga 31 Agustus 2017 mengalami pertumbuhan sebesar 10 persen (yoy). Kondisi likuiditas dan permodalan yang memadai, sebagaimana ditunjukkan oleh rasio AL/NCD lebih dari 100 persen dengan Capital Adequacy Ratio (CAR) sebesar 23,4 persen. Industri Keuangan Non Bank (IKNB) juga menunjukkan pertumbuhan. Hal itu terlihat dari pertumbuhan aset asuransi dan dana pensiun, pada 31 agustus 2017, masing-masing sebesar 17,3 persen dan 9,6 persen (yoy). Industri pasar modal, lanjut dia, juga mencatatkan pertumbuhan sebagaimana ditunjukan oleh indeks harga saham gabungan (IHSG) yang menguat 11,65 persen. "Penguatan yang cukup tinggi dengan tingkat kapitalisasi pasar hampir Rp 6.500 triliun (ytd) sampai dengan 2 Oktober," kata Tirta.
Video Terkait